Download buku psikologi keluarga pdf
Laki-laki harus memiliki keterampilan ruang, fisik yang kuat yang digunakan untuk berburu. Sementara wanita harus memiliki sensor yang kuat untuk menjaga tempat tingal mereka. Hal yang cukup menarik adalah perbedaan penggunaan otak dari pria dan wanita ketika berbicara. Kedua sisi kiri dan kanan otak wanita bekerja ketika mereka berbicara. Namun saat pria berbicara yang bekerja hanya otak kiri mereka. Itulah mengapa cara berkomunikasi wanita lebih baik daripada pria. Selain itu wanita jauh lebih sensitif perasaannya daripada pria..
Bagaimana mengelola kata ini dengan santun, positif, dan tanpa kehilangan kesepakatan atau hubungan yang telah kita jalin.. Respons cinta itu tetap sama. Sulit dimengerti. Namun, kesetiaan perempuan yang sudah mencintai Anda, jangan samakan dengan kesetiaan Anda untuk mencintainya.
Buku ini akan membantu seorang wanita mengenali sosok dirinya dan menjadikan laki-laki lebih menghormati, menghargai, dan mengagumi sosok wanita. Buku tentang rahasia wanita ditinjau dari aspek psikologis maupun dari aspek kesehatan.. Mereka dikaruniai banyak sekali kelebihan dan kekuatan untuk memanen kesuksesan. Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi topik bahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite Orchestra, juga meyakini musik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi sejak dalam kandungan.
Bahkan, untuk jenis musik yang 'merangsang bayi' ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu. Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak penuturan Psikologi lainnya: Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya," ujar pengasuh rubrik konsultasi di Klinik Anakku ini.
Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si jabang bayi! Nutrisi Otak Agar Anak Cerdas Pastikan Anda memberikan nutrisi yang cukup untuk otak si kecil agar ia tumbuh sehat dan juga cerdas karena dengan kekurangan salah satu nutrisi tersebut akibatnya perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya pun akan turut terpengaruh menurut suatu penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal, Inggris, tahun Agar si kecil tumbuh sehat juga cerdas maka Kebutuhan yang diperlukan antara lain Lemak Pembangunan Otak, Lemak, terutama asam lemak DHA dan ARA , adalah salah satu nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil.
Kekurangan kedua jenis asam lemak esensial itu saat lahir berkorelasi dengan berat badan yang rendah, lingkar kepala yang kecil, dan ukuran plasenta yang rendah. Akibatnya perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya pun turut terpengaruh.
Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, berikan ASI seoptimal mungkin untuk si kecil. Sebab ASI terbukti mengandung asam lemak yang dibutuhkan otak untuk bisa berkembang. Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat, kebutuhan asam lemak itu bisa Anda penuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susu yang diperkaya DHA dan ARA, atau minyak jagung.
Karbohidrat Bahan Bakar Otak Glukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak berfungsi optimal. Proses pengolahan informasi dan mengingat dapat berjalan dengan baik dengan terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semua bisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang, buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya singkong dan daun ubi jalar.
Sedangkan untuk Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam amino yang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak. Kadar ini sendiri amat berpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari Kebutuhan ini bisadidapat dari ikan, daging, keju, yogur dan kacang-kacangan Sedangkan kebutuhan Buah-buahan, Sayur-sayuran yang diperkaya antioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel-sel otak yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, seperti proses belajarpun jadi lamban.
Kebutuhan Gizi Pengaruhi Kecerdasan Anak Penelitian membuktikan ada keterkaitan antara tubuh pendek dan tingkat kecerdasan. Bila sejak awal sudah tidak ada keseimbangan berat dan tinggi badan, maka akan berpengaruh pada pembentukan otak. Karena itu, kebutuhan gizi bayi sejak janin sampai usia lima tahun harus terpenuhi secara baik.
Menurut Atmarita, anak yang perkembangannya sangat lambat disebabkan oleh pembentukan otak maupun tubuhnya tidak baik akibat gizinya buruk. Anak dengan tubuh pendek, ia mengemukakan, berarti status gizi pada masa lalunya sudah kronis," jelas Atmarita.
Namun begitu, lanjutnya, sampai usia 18 tahun pun asupan gizi masih penting untuk pertumbuhan fisik anak. Jadi jika tubuh seseorang kurus, hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi pada saat itu.
Bersama rekannya, dr Robert L Tiden, pakar gizi tersebut menganalisis masalah gizi di perkotaan yang dikaitkan dengan tinggi badan anak baru masuk sekolah. Maka disimpulkan bahwa anak di perkotaan memiliki keadaan gizi lebih baik dibanding anak di pedesaan. Meski demikian, obesitas gemuk sekali pada anak di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding anak di pedesaan. Cuma, masalah itu mulai meningkat bukan saja di perkotaan, melainkan juga di pedesaan.
Atas dasar tersebut, program perbaikan gizi sekarang harus diubah dengan memerhatikan faktor yang terkait dengan pola hidup penduduk di perkotaan maupun pedesaan. Sebelumnya, Menkes Achmad Sujudi dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Staf Ahli Menkes Bidang Desentralisasi dan Kelembagaan Dini Latief merasa prihatin karena proporsi anak pendek di Indonesia masih cukup tinggi.
Ia menambahkan sudah banyak penelitian yang menyimpulkan pentingnya gizi untuk meningkatkan kemampuan belajar dan mengikuti pendidikan sampai tingkat tertinggi. Menkes mengutip pula sejumlah studi di Filipina, Jamaika, dan negara lainnya yang membuktikan, adanya hubungan yang sangat bermakna antara tinggi badan dan kemampuan belajar. Bahkan, ujarnya, dihasilkan bahwa pemberian makanan tambahan pada anak bertubuh pendek berusia bulan akan mampu meningkatkan kemampuan belajar anak ketika berusia tahun.
Dibuktikan pula dari beberapa studi bidang ekonomi di Ghana maupun Pakistan mengenai pentingnya gizi untuk mendukung pembangunan. Pengenalan Psikologi Sejak Dini Kurangnya pengenalan tentang masalah kejiwaan akan berpotensi membuat seseorang kurang mengenal potensi maupun kekurangan dari dirinya, khususnya masalah kejiwaan. Akibatnya akan beragam, tapi akan lebih nampak pada remaja. Mereka dengan ketidak mengertiannya mengenai seluk beluk kejiwaan akan membentuk pribadi yang cenderung subyektif dan egosentris.
Mereka tidak mengetahui mengenai tipe tipe kepribadian. Kurang tahunya potensi diri akan menyebabkan mereka cenderung mengambil keputusan berdasarkan emosinya maupun pengaruh teman temannya. Para orangtua umumnya tidak memberikan bimbingan psikologis yang baik pada anak anak mereka. Entah karena ketidak tahuan mereka ataupun karena mereka tdak menganggap hal itu sesuatu yang penting.
Para remaja lebih suka curhat ke kawan kawan mereka yang notabene pengetahuan psikologisnya sama sama kurang. Jika ada perilaku anak remaja yang aneh aneh, para orang tua umumnya berusaha memahami bahwa itu adalah suatu kewajaran yang memang harus dialami setiap remaja. Sebaiknya kita semua sudah ahrus mulai berpikir untuk mulai melakukan pengenalan psikologi sejak dini pada diri kita, keluarga kita, dan orang orang terdekat kita.
Salah satu langkah yang harus kita lakukan sebelum mulai mengenalkan psikologi kepada keluarga kita, kita harus terlebih dahulu memiliki wawasan yang memadai dan paham secara garis besar mengenai masalah psikologi.
Kita dapat mendapatkannya dari bangku kuliah, buku buku psikologi maupun yang mengenai kejiwaan, artikel psikologi di koran maupun di Internet, rubrik konsultasi di berbagai media.
Setelah kita memiliki wawasan yang cukup, konsultasikan kepada orang yang lebih paham dari kita karena masalah pembentukan psikologi sama seperti nasehat kesehatan seorang dokter. Jika dokter salah dalam diagnosa dan memberikan obat, maka akibatnya akan berbahaya bagi pasiennya. Begitu juga kita dalam memberikan bimbingan kejiwaan pada seseorang. Jika kita salah mendiagnosa problem klien akan mengakibatkan salah dalam advis solusi sehingga kemungkinan klien akan mengambil keputusan yang beresiko.
Mungkin hal ini terdengar menakutkan, namun seperti di dunia nyata pada umumnya, kita selalu membutuhkan dokter, maka begitu juga kita sekarang harus sudah mulai berpikir untuk membutuhkan jasa seorang psikolog. Untuk para remaja, mereka akan sangat selektif dalam memilih orang yang akan ia dengarkan ucapannya. Maka dalam penyampaian bimbingan kejiwaan pada remaja, sebaiknya dengan menggunakan pendekatan yang dapat diterima oleh remaja tersebut.
Pendekatan yang menggurui akan ditinggalkan oleh mereka. Kita harus dapat memposisikan diri sebagai "teman" mereka sehingga mereka memiliki kepercayaan untuk mau menceritakan curhat problemanya kepada kita. Setelah itu penting untuk tidak langsung menghakimi maupun menyalahkan si remaja tersebut dengan berbagai masalahnya, namun kita harus bersikap mengerti dan memahami serta memberikan solusi untuk mereka.
Hak-hak Anak Saat ini baik di Indonesia maupun di negara-negara lain sering kita lihat, dengar dan baca dari media elektronik dan media cetak anak-anak yang dianiaya, ditelantarkan bahkan dibunuh hak-haknya oleh orangtuanya sendiri maupun oleh kerasnya kehidupan. Hak asasi mereka seakan-akan tidak ada lagi dan tercabut begitu saja oleh orang-orang yang kurang bertanggungjawab.
Bukan orang dewasa saja yang mempunyai hak, anak- anakpun mempunyai hak. Hak-hak untuk anak-anak ini diakui dalam Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perwatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.
Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah mempekerjakan anak-anak di bawah umur. Secara umum, sekarang ini orangtua berkeinginan sukses mengasuh anak, tetapi juga sukses berkarir, kata seorang alumnus La Trobe University Victoria Australia. Dalam menentukan pola asuh anak usia dini orangtua harus mampu mengukur kemampuan diri. Dijelaskan, setiap orangtua pasti ingin mengasuh anak-anak dengan baik.
Ketika bekerja, anak harus dengan siapa? Semuanya memiliki konsekuensi dengan segala risikonya. Dalam realitas seperti ini, orangtua harus mengukur kemampuan diri, baik tenaga, pikiran juga kemampuan ekonomi, kata dosen Psikologi UGM bersemangat.
Hanya saja yang sering dilupakan, pola asuh anak, orangtua sering tidak berpikir pentingnya keamanan, kenyamanan serta pengaruh sosial dan lingkungan anak. Karena orangtua lengah, tidak waspada, banyak kejadian anak dijaili sampai terjadi tindak kekerasan seksual. Mereka yang ada di sekeliling kita yang selama ini dianggap baik, menyanyangi, melindungi, ternyata melukai. Kalau sudah demikian, orangtua hanya bisa menyesal seumur hidup, ujarnya.
Dicontohkan, pelecehan seksual pada anak menjadi trauma seumur hidup. Pola asuh anak, tentunya memiliki dampak secara psikologis, sosial bagi anak itu sendiri yang berbentuk perilaku.
Kalau perilaku itu baik, bijak, orangtua sering menerima dengan senang hati dan kegembiraan. Sebaliknya, kalau perilaku itu buruk yang rugi adalah orangtua itu sendiri, anak akan tumbuh tidak semestinya, katanya. Perlu diingatkan, orangtua harus bisa mengukur kemampuan diri, serta perlunya waspada untuk hati-hati dalam menentukan pola asuh anak. Pola asuh, pada akhirnya sangat menentukan pertumbuhan anak, baik menyangkut potensi psikomotirik, sosial dan afektif sesuai perkembangan anak.
Pengamatan tersebut, mengingatkan pada rekomendasi National Association for the Education of Young Asosiasi Nasional bagi Pendidikan Anak-anak , lingkungan harus mempermudah pertumbuhan, perkembangan bayi dan balita untuk dapat bermain, belajar bersama-sama. Rekomendasi itu selalu saja terngiang-ngiang. Maka ketika waktu memungkinkan, kami merealisasikannya, bagaimana membuat lembaga yang bisa membantu orangtua, terutama memberi solusi menentukan pola asuh anak yang nyaman.
Dimana Childcare mampu menyediakan sarana, perlengkapan serta bahan permaian sesuai dan memadai. Keinginan menolong anak untuk meningkatkan ketrampilan psikomotor, sosial, efeksi dan bahasa anak-anak, serta memperluas pemahaman tentang dunia di sekitarnya. Ditegaskan, pola asuh anak GAAB memang mengacu pada program percontohan yang dikembangkan Jarome Kagan, Kearsley dan Zelazo di Universitas Harvard Amerika Serikat, pola asuh anak usia dini sangat ditentukan, siapa pengasuhnya.
Pengasuh yang selalu tersenyum dan berbicara dengan bayi dan menyediakan lingkungan childcare yang aman dengan banyak mainan merangsang anak-anak, tidak menentukan pengaruh negatif bagi perkembangan anak. Authoritatan 2. Permisif 3. Authoritave Mana yang paling tepat untuk anak Anda? Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah : Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan Pernyataan Dorothy tersebut menunjukkan bahwa lingkungan, terutama keluarga akan membentuk sikap dan perilaku anak.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya "berhasil" di masa depan. Berhasil dalam hal ini bukan pada karier, tetapi lebih pada aspek kognitif, afektif dan perilaku. Salah satu cara agar anak "berhasil" di masa depannya daat dilakukan di lingkungan keluarga, yaitu dengan menerapkan pola asuh orang tua terhadap anak yang tepat.
Kesalahan yang terjadi dapat berakibat buruk bagi masa depan anak, baik dari segi kognitif, afektif dan perilaku. Anak harus menurut orang tua. Kemauan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tujuan, mudah curiga pada orang lain dan mudah stress.
Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituti keinginnannya. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa,kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah.
Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri dan kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.
Pola asuh orang tua mempengaruhi perilaku anak. Sekarang kembali kepada diri kita sendiri, sebagai calon orang tua dan orang tua untuk memilih mau seperti apa anak-anak kita? Bidang cakupannya masing-masing agak kabur dan kadangkala ketiga-tiga faktor, sosial, emosi dan psikologi terjadi bersamaan.
Perkembangan psikologi yang baik dapat diamati dalam pemikiran mental yang sehat, pengukuhan egoisme, harga diri yang tinggi, kepekaan terhadap kebebasan dalam mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Perkembangan psikologi yang kurang baik dapat diamati pada harga diri yang rendah dan juga pada kemunculan pelbagai masalah tingkahlaklu dan mental.
Pentingnya perkembangan psikologi ini jelas karena mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keberhasilan, hubungan sosial dan kesejahteraan seseorang individu pada masa depannya. Orangtua adalah pemberi kasih sayang yang mendasar. Orangtua mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan psikologi anaknya. Orangtua yang mengabaikan dan juga yang memukul anaknya akan menghalangi perkembangan psikologi yang sehat.
Orangtua pada waktu yang sama sekiranya diberi pengetahuan yang mencukupi yang terdiri dari ketrampilan-ketrampilan dan dukungan, akan dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Ini adalah karena pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan dengan optimal untuk lebih memusatkan lagi perkembangan psikologi anaknya. Anak tersebut juga harus memahami bahwa dia diterima tanpa syarat apa-apa. Menurut Michael Rutter , orangtua mungkin menerima anaknya bukan perangainya.
Penerimaan tanpa syarat harus ditunjukkan sepenuhnya dalam tingkahlaku orangtua serta sikap terhadap anaknya. Orangtua harus menjaga, mencurahkan kasih sayang dan senantiasa siap untuk melayani anaknya terutama bila diperlukan. Dengan kata lain orangtua mesti bertindak dengan cepat dan wajar dan sensitif dalam melayani anaknya karena ia harus menerimanya tanpa syarat.
Stimulasi Anak-anak yang telah melalui pelbagai program, memperlihatkan peningkatan dalam jumlah nilai IQ dan juga dalam bidang-bidang lain yang berkaitan. Kajian Brofenbrener terhadap pelbagai program pengkajian intervensi, memperlihatkan bahwa hasil positif akan berkelanjutan seandainya orangtua melibatkan diri dalam program- program tersebut. Stimulasi bisa diterapkan kepada anak-anak melalui pelbagai cara yaitu melalui audio; visual; kinetik yang melibatkan pergerakan anak-anak pergerakan bahagian depan, tepi dan belakang badan , pelbagai aktivitas main ayunan, berada dalam ayunan berputar, melompat, dan sebagainya dan keterlibatan langsung yang termasuk sentuhan, merasai dan membau.
Orangtua kadangkala mempunyai pengetahuan yang dangkal bagaimana anak-anak sebenamya belajar dan berkembang. Kekurangan pemahaman terhadap pembawaan anak-anak ini mungkin akan membawa kepada konflik antara orangtua dan anaknya dan juga permasalahan yang akhirnya mempengaruhi hubungan mereka. Hanya apabila orangtua memahami perangai anak-anak ini barulah orangtua tidak akan menyalahtafsirkan suatu tingkahlaku anak-anak yang bermasalah sebagai bertindak liar dan nakal. Ini mungkin akan membangkitkan kemarahan orangtua lalu mereka akan menerapkan tindakan disiplin keras yang sebenarnya tidak perlu.
Sebaiknya memang suatu strategi yang berbeda dan sesuai dapat diambil untuk menggalakkan kerjasama dan mengelakkan konflik. Tahap keterlibatan mereka bisa dibagi dalam tiga tahap: n Keterlibatan langsung dan interaksi dengan anak. Pada setiap tahap, adalah penting bagi orangtua menerirna tanpa syarat anaknya, mengadakan stimulasi dan memahami perkembangan dan perangai anaknya. Keterlibatan Orangtua Langsung Dan Interaksi Dengan Anak Orangtua harus melibatkan diri secara langsung agar perkembangan psikologi yang positif dapat dihasilkan.
Mereka harus menyediakan fisilitas dasar; peka akan penerimaan tanpa syarat dan menerapkan stimulasi dan pada waktu yang sama mengevaluasi tahap perkembangan dan perangai anak-anak. Keterlibatan secara langsung ini tidak dapat kita amati pada kebanyakan orangtua di Asia. Mereka biasanya menyembunyikan perasaan mereka dan ini menyebabkan suatu jurang yang dalam dari segi hubungan orangtua dan anak mereka. Kaum lelaki dianggap sebagai daya penggerak keluarga dan beliau biasanya lebih memberi arahan daripada berinteraksi dengan anaknya.
Beliau lebih suka menegur daripada bersikap mesra, dengan anaknya. Anak-anak biasanya kurang diberi perhatian. Ayah, mereka jarang menanyakan atau perhatian tentang pelajaran sekolah. Adalah dianggap mencukupi, anaknya mendapatkan pendidikan, berhasil atau tidak adalah menjadi soal kedua.
Keterlibatan orangtua secara dangkal ini sepatutnya dihindarkan. Mereka harus melibatkan diri secara langsung untuk membantu perkembangan psikolog yang positif.
Orangtua harus menyentuh, menepuk bahu, memeluk anaknya selalu. Mereka juga mesti memberitahu perasaan mereka terhadap anaknya dan juga pada waktu yang sama mendengar dan berinteraksi dengan anaknya. Orangtua juga mesti siap bila anak-anaknya memerlukan mereka. Tugas orangtua penting dalam menyediakan keperluan dasar yaitu makanan, tetapi ini tidaklah cukup. Komunikasi adalah amat penting antara orangtua dan anak dan ini seharusnya berkelanjutan.
Anak-anak memerlukan garis panduan dalam bertingkahlaku melalui peraturan yang mudah yang disediakan oleh orangtuanya. Untuk mengatasi ini, Orangtua harus memahami kemampuan seseorang anak berdasarkan umurnya. Bila seseorang anak didenda, dia harus diberi pengertian oleh orangtuanya bahwa yang ditolak adalah tingkahlaku dan bukan dirinya.
Berkurang atau menurunnya kasih sayang dari orangtua yang dapat diamati anak-anak melalui tindak tanduk orangtua merupakan suatu pengalaman yang dahsyat bagi anak- anak dan seharusnya dihindarkan. Stimulasi melibatkan pelbagai pancaindera yaitu penglihatan, bau, pendengaran, sentuhan dan rasa. Masing-masing ada secara terpisah dan juga dapat diamati dalam kombinasi yang berbeda. Stimulasi dapat diterapkan sejak kelahiran, contohnya, dalam proses perawatan pada bayi dan lain-lainnya.
Ini juga dapat digabungkan dalam rutinitas harian yaitu waktu mandi; makan; mencud pakaian dan melakukan pekerjaan rumah. Orangtua harus berbicara dengan mereka dan ini akan meningkatkan lagi pemikiran dan kemahiran menyelesaikan masalah. Selanjutnya, ikatan yang lebih rapat dapat terjalin antara orangtua dan anak- anak. Dalam memperkenalkan pelbagai stimulasi, langkah yang harus diambil adalah orangtua harus memastikan bahwa tugas yang diberikan pada anak semestinya berdasarkan kemampuan anak tersebut pada jenjang umur yang sesuai.
Orangtua harus memperkenalkan stimulasi secara teliti. Bagi anak yang tidak bermasalah langsung, stimulasi yang banyak tidak digalakkan. Banyak usaha serta waktu yang harus diperuntukkan bagi anak-anak yang lambat slow-to warm- up.
Sebaliknya, stimulasi harus dikurangi pula sekiranya anak tersebut diserang histeria. Orangtua harus peka kepada kehendak anaknya. Sekiranya anak itu tidak gembira dengan kerja yang diberikan maka kerja tersebut harus dihentikan. Sekiranya aktiviti yang dijalankan adalah membosankan, maka seharusnya ditukar atau diusahakan menjadi lebih menarik. Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh orangtua dalam menyediakan stimulasi untuk perkembangan anaknya.
Mereka bermain dengan anak mereka hanya ketika mereka bayi saja. Mereka merasa kurang senang bermain dengan anak mereka dalam tahap anak-anak. Orangtua harus meninggalkan tradisi ini dan mulai bermain dengan anak-anak mereka yang bukan bayi lagi. Keterlibatan ayah dengan anak-anak mereka juga tidak begitu besar.
Misalnya anak lelaki menganggap ayahnya sebagai model dan sebaliknya bagi anak perempuan. Selanjutnya hubungan anak tersebut dengan model sajalah yang rapat. Ini harus dikurangi, interaksi antara kedua orangtua dengan anak-anak lebih digalakkan.
Waktu luang yang begitu singkat dihabiskan untuk mengutamakan keperluan keluarga. Waktu emas ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyediakan peluang-peluang stimulasi dan bukannya melemahkan kembali interaksi, misalnya pertengkaran suami isteri yang saling menyalahkan satu sama lain dalam menjalankan tanggungjawab sebagai ibu dan bapa. Orangtua harus menyediakan peluang-peluang untuk pengalaman-pengalaman yang baru dan lain sebagainya.
Pengalaman yang diperoleh dari teman sebaya penting karena itu akan menyebabkan perkembangan yang lebih seimbang. Oleh karenanya harus mendorong anaknya untuk berkawan. Dengan adanya teman sebaya, anak-anak mempelajari kemahiran perjuangan sosial yaitu bagaimana mendapatkan apa yang diperlukannya dengan melalui harus bertengkar, bilang "tolong", memberitahu gurunya ataupun melakukan pertukaran, bagaimana hendak berinteraksi dengan yang lain dan mendapatkan kawan dengan melalui sikap mengalah, bersikap ramah dan menjemput ke rumah teman, bagaimana menambahkan kekuasaan dirinya dengan melalui menambahkan teman dan mendukung anak-anak lain dan terakhir bagaimana hendak bekerjasama dalam suatu kelompok dengan melalui kerjasama, menunggu giliran, mendengar dan berbincang.
Masalah konflik perseorangan yang terjadi memerlukan kemahiran menyelesaikan masalah yang seterusnya membawa kepada kecakapan sosial.
Jelas kepada kita akan pentingnya teman sebaya dan lebih lanjut, orangtua harus menggalakkan anaknya untuk mempunyai teman karena ini dapat menyediakan peluang- peluang untuk pengalaman yang baru. Orangtua mesti memainkan peranan dalam penyediaan ini misalnya mewujudkan situasi agar anaknya bersama-sama anak-anak lain sewaktu ada di taman permainan, bertemu saudara yang dekat, tetangga serta teman- teman agar pengalaman dari teman sebaya bisa diperoleh.
Mereka harus bermain dalam suasana harmonis dengan berinteraksi dengan sebaiknya dan dapat menerima suasana yang 'multiracial' berbagai suku bangsa dan 'multicultural' berbagai budaya.
Waktu berhubungan dengan teman sebaya, orangtua seharusnya menghindarkan campurtangan mereka sebanyak mungkin. Bila timbul masalah barulah orangtua boleh memberi dorongan, sokongan dan sedikit bantuan untuk mengatasi masalah perhubungan ini. Orangtua Bekerjasam Dengan Orang Lain Care Agents Orangtua harus melibatkan diri dan bekerjasama dengan pihak-pihak orang lain dalam penjagaan anak-anak. Kerjasama diperlukan di antara dua pihak ini untuk memberikan suatu ikatan yang sehat.
Kedua pihak harus peka terhadap perubahan luar biasa pada tingkahlaku anak-anak yang tidak diinginkan oleh pihak penjaga. Suatu program harus dibentuk dan harus seimbang dalam membentuk perkembangan psikologi yang positif. Program ini harus disusun dengan usaha kedua pihak yang terkait. Orangtua harus peka dengan menghadirkan diri dalam diskusi berkenaan isu perkembangan anak-anak.
Mereka juga harus melaporkan tingkahlaku anaknya di rumah kepada pihak lain atau agen penjagaan. Hubungan yang kukuh antara rumah dan agen ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antara masalah dari rumah dengan pihak lain yang terkait atau sekolah. Hubungan ini akan mengukuhkan lagi proses pembelajaran dan memastikan bahwa upaya ini berkelanjutan dan konsisten dalam hidup anak-anak.
Sekiranya orangtua tidak melibatkan diri, anak mereka akan hidup dalam dua dunia yang, asing dan tidak berhubungan antara satu sama lain. Faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonmi, konflik rumahtangga, tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, kekurangan pengetahuan tentang perkembangan khusus kanak- kanak dan kemahiran dalam berperan sebagai orangtua. Kesemua faktor ini dapat berinteraksi antara satu sama lain dan kadangkala menghalangi orangtua untuk melaksanakan keterlibatan pada tahap yang berbeda.
Orangtua mungkin memerlukan dukungan untuk bertindak sebagai orangtua, sebagai suami dan isteri dan sebagai individu. Orangtua tidak akan begitu mengutamakan aspek- aspek halus keorangtuaan sekiranya mereka mempunyai hal-hal untuk memenuhi keperluan dasar dan juga mungkin mereka mengalami tekanan dalam menyelesaikan pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah.
Orangtua memerlukan rangkaian sokongan secara informal dari saudara dan teman-teman dan lingkungan sosial yang formal. Suatu dukungan dalam pendidikan berperan sebagai orangtua yang khusus perlu bagi mendidik orangtua. Melalui pendidikan ini, ia dapat mengenal secara pasti bahwa orangtua umumnya mempunyai kekuatan dan kepandaian tertentu dalam lingkup berperan sebagai orangtua tetapi mereka mungkin memerlukan pengetahuan tambahan dan juga ketrampilan-ketrampilan baru untuk meningkatkan perawatan anak-anak.
Orangtua juga harus tegas dalam menjalankan tugas mereka, bekerjasama terhadap kejadian yang dilalui dengan orangtua yang lain. Mereka juga harus belajar dari orangtua yang lain. Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan anak-anak, ini menyebabkan peranan orangtua tidak dapat digantikan oleh orang sebarangan.
Orangtua dapat berperan dengan sukses seandainya mereka memahami anaknya. Mereka harus menerima anak mereka tanpa syarat dan menyediakan pelbagai stimulasi pada tahap awal masa kanak-kanak. Mereka sepatutnya secara penuh menjalani peran tersebut dan harus juga mempunyai pemahaman tentang tingkahlaku serta perangai anak. Orangtua juga mesti melibatkan diri dalam perkembangan psikologi anak-anak secara langsung dan secara tidak langsung pula menyediakan peluang-peluang bagi pelbagai pengalaman terutama pengalaman bersama teman sebaya.
Paling akhir, orangtua harus bekerjasama dengan keluarga lain atau dengan pihak-pihak yayasan atau sejenisnya penjagaan anak-anak. Peran Orangtua Terhadap Perkembangan Kemandirian Anak Jika kita mendengar kata anak mandiri, yang terbayang adalah anak yang bisa mandi sendiri, makan sendiri, pergi ke sekolah sendiri, mengerjakan PR sendiri, berpakaian sendiri, dan sebagainya.
Indah, bukan? Pokoknya, semua bisa dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Semua orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri. Sayang tidak semua keinginan bisa terwujud. Banyak, jika kita jeli mengamati anak-anak dan remaja masa kini, yang belum mandiri dan masih banyak bergantung pada orang tua, guru, atau teman untuk beragam kebutuhan. Memprihatinkan, bukan? Yang jelas, pola perilaku mandiri atau tidak mandiri akan menjadi dasar pembentukan perilaku di masa datang dimana kelak saat mereka dewasa dituntut untuk membuat keputusan untuk hidup mereka.
Mari kita telusuri apa yang dimaksud dengan kemandirian, dan bagaimana kita, orang tua, guru, dan masyarakat ikut membantu anak-anak kita untuk mandiri. Apa yang dimaksud dengan mandiri? Kata ini sering kita dengar, ucapkan, pikirkan dan rasakan.
Kemandirian berarti kemampuan seseorang untuk melakukan, memikirkan dan merasakan sesuatu, untuk mengatasi masalah, bersaing, mengerjakan tugas, dan mengambil keputusan dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, bertanggung jawab, serta tidak bergantung pada bantuan orang lain.
Kemandirian merupakan aspek yang berkembang dalam diri setiap orang, yang bentuknya sangat beragam, pada tiap orang yang berbeda, tergantung pada proses perkembangan dan proses belajar yang dialami masing-masing orang. Pengertian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Havighurst , yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu: 1.
Aspek Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah. Aspek Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya.
Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua. Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua. Anak tumbuh dan berkembang sepanjang hidup mereka.
Tingkat ketergantungan berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Kemandirian pun menjadi sangat berbeda pada rentang usia tertentu. Kemandirian sangat tergantung pada proses kematangan dan proses belajar anak. Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial. Lingkup sosial awal yang meletakkan dasar perkembangan pribadi anak adalah keluarga. Sejauh mana peran orang tua terhadap kemandirian anak?
Syarat mutlak yang harus dilakukan orang tua adalah pengenalan diri dan pengenalan anak. Tanpa kedua hal tersebut, peluang terwujudnya kemandirian yang diinginkan dalam diri anak sangat kecil. Membicarakan usaha mengembangkan kemandirian anak harus diorientasikan pada peningkatan kemampuan anak dalam hal intelektual, sosial, emosi dan ekonomi. Mereka mandiri berdasar kekuatan pribadi, berdasarkan kebutuhan diri sendiri untuk bisa tidak tergantung pada orang lain, bukan berdasar kemauan dan keinginan orang tua.
Banyak orang tua mengeluh karena anak tidak mandiri. Semua serba tergantung pada orang tua, tidak mengetahui tugas dan tanggung jawab mereka lewat kesadaran pribadi, tidak bisa mengatur waktu, dan masih banyak lagi. Orang tua jadi 'panik' dan memberi jalan keluar yang mau tidak mau harus dituruti oleh anak. Kadang-kadang proses perkembangan kemandirian menjadi tidak optimal karena peran orang tua yang 'berlebihan' dalam memberikan perhatian dan sekaligus memberi 'jalan' bagaimana anak harus melakukan sesuatu.
Hal ini tidak menjadi masalah saat usia kanak-kanak TK, SD , namun akan menjadi masalah saat ia beranjak remaja karena lahan hidupnya makin luas, makin kompleks, dan penuh persaingan.
Orang tua tidak dapat lagi memonitor secara penuh aktivitas mereka. Pengaturan yang berlebihan akan membuat remaja tidak 'siap tempur' 'fight' untuk eksplorasi lingkungan dan menyelesaikan berbagai dilema hidup mereka. Mereka akan tergantung pada orang tua dalam banyak hal. Kondisi ini mencerminkan rasa tidak aman dan nyaman untuk melakukan beragam hal dalam hidup mereka.
Lalu, bagaimana? Kenalilah diri anda sebagai orang tua: - Bagaiman kebiasaan saya berpikir, merasakan dan melakukan sesuatu? Benarkah sudah diorientasikan pada anak, atau masih didasari oleh kebutuhan-kebutuhan pribadi dan membawa pola-pola pendidikan yang lama? Mendidik Agar Anak Mandiri Orang tua mana yang tidak mau melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri. Tampaknya memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Sikap mandiri sudah dapat dibiasakan sejak anak masih kecil: memakai pakaian sendiri, menalikan sepatu dan bermacam pekerjaan-pekerjaan kecil sehari-hari lainnya.
Kedengarannya mudah, namun dalam prakteknya pembiasaan ini banyak hambatannya. Tidak jarang orang tua merasa tidak tega atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan sepatunya selama beberapa menit, namun belum juga memperlihatkan keberhasilan. Atau langsung memberi segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman sebangku.
Memang masalah yang dihadapi anak sehari- hari dapat dengan mudah diatasi dengan adanya campur tangan orang tua. Namun cara ini tentunya tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri. Ia akan terbiasa "lari" kepada orang tua apabila menghadapi persoalan, dengan perkataan lain ia terbiasa tergantung pada orang lain, untuk hal-hal yang kecil sekalipun. Lalu upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan?
Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat Anda terapkan untuk melatih anak menjadi mandiri. Beri kesempatan memilih Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri.
Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya, misalnya.
Kebiasaan untuk membuat keputusan - keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupannya.
Hargailah usahanya Hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi.
Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya otang tua memberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk membantu membukakannya.
Jelaskan juga padanya bahwa untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok, misalnya.
Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu. Hindari banyak bertanya Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua , yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yang baru kembali dari sekolah, akan kesal bila diserang dengan pertanyaan - pertanyaan seperti, "Belajar apa saja di sekolah?
Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah! Sebaliknya, anak akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek : "Halo anak ibu sudah pulang sekolah! Jangan langsung menjawab pertanyaan Meskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Kesempatan ini akan melatihnya untuk mencari alternatif-alternatif dari suatu pemecahan masalah. Misalnya, "Bu, kenapa sih, kita harus mandi dua kali sehari? Dengan demikian pun anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban orang tua, yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku.
Dorong untuk melihat alternatif Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk nmengatasi suatu masalah , orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu.
Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri.
Misalnya, ketika si anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban : "Coba,ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda. Jangan patahkan semangatnya Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan "mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya.
Jangan sekali-kali anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Jika anak minta ijin Anda, "Bu, Andi mau pulang sekolah ikut mobil antar jemput, bolehkan? Lebih baik tidak usah deh, ya" seperti itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasi untuk mandiri.
Like this presentation? Why not share! Psikologi keluarga by abdulmunirismaili Embed Size px. Start on. Show related SlideShares at end. WordPress Shortcode. Next SlideShares.
Download Now Download to read offline and view in fullscreen. Download Now Download Download to read offline. Semoga bermanfaat. Elvira Ulni Follow. Psikologi keluarga. Manejemen konflik dalam keluarga. Teori komunikasi keluarga. Problem dalam keluarga ppt. Komunikasi efektif by bukik setiawan.
Ppt konseling keluarga. Spiritualitas Pernikahan. Related Books Free with a 30 day trial from Scribd. Dry: A Memoir Augusten Burroughs.
0コメント